SISI LAIN PERAYAAN PERGANTIAN TAHUN DI
KUPANG
Polisi Dituding Arogan, Pemuda Dipukuli,
Ditendang, Ada Tembakan
https://www.timorexpress.com/?act=news&nid=29074%2F,
Sabtu, 03 Januari 2009
SUDAH tradisi jika pada malam pergantian tahun, siapa saja akan
merayakannya. Khusus di Kota Kupang, berbagai cara orang lakukan sebagai
ekspresi kegembiraan memasuki tahun baru. Namun, menjadi sebuah petaka bagi...
sejumlah pemuda di jalan Pemuda, Kelurahan Oetete pada malam itu. Perayaan
tersebut berakhir ricuh manakala sejumlah aparat kepolisian dan pemuda bentrok,
mengakibatkan seperangkat sound system hancur, dua motor supra fit diangkut
polisi, dan banyak pemuda dipukuli dan ditendang polisi. Tak hanya itu, terdengar
bunyi letupan senjata api.
VERONIKA HANING,
Kupang
KEINGINAN para pemuda lingkungan sekitar Jalan Pemuda Kelurahan Oetete,
Kecamatan Oebobo untuk menyambut tahun baru 2009 dengan menggelar pesta di
halaman rumah dinas lama Perhubungan Laut kandas di tengah jalan. Bahkan,
peralatan sound system berupa 20 speaker yang terdiri dari 8 loud speaker besar
serta 12 speaker kecil, yang dipasang di halaman rumah tersebut disewa dari
pemilik yang bermukim di Tenau, rusak parah karena ditembak, disemprot air, dan
diinjak-injak oleh aparat kepolisian.
Peristiwa naas itu bermula ketika sebuah truk Dalmas mendatangi para
pemuda untuk tidak turun ke jalanan dengan alasan bahwa mobil yang membawa
Gubernur NTT dan rombongan sebentar lagi akan lewat melalui jalur tersebut.
Sesaat setelah itu, aparat kepolisian mengadakan tilang knalpot racing
bagi para pemilik kendaraan roda dua di pertigaan menuju RS. Bhayangkara.
Penilangan tersebut menyebabkan jalanan menjadi macet total dan membuat para
pemuda turun ke ruas jalan untuk melihat kemacetan yang terjadi, pada saat
itulah aparat langsung masuk ke halaman rumah dan langsung memukul seluruh
peralatan sound system.
Warga dan para pemuda yang berada di tempat tersebut rupanya tidak bisa
menerima tindakan aparat tersebut sehingga datang menegur aparat yang telah
melakukan perusakan sound sistem dan pemukulan terhadap pemuda yang berada di
halaman, bahkan ada pemuda yang langsung dipegang oleh aparat.
Namun, aparat juga tidak terima teguran massa sehingga massa menjadi marah
dan melempar batu ke arah aparat. Tindakan massa didasari oleh rasa marah bahwa
aparat telah merusak juga melakukan penangkapan, padahal pesta yang dihelat
oleh mereka juga mengantongi ijin dari pihak RT dan RW serta digelar di
halaman, bukan di tepi jalan raya.
Aparat yang merasa terdesak, melarikan diri dan beberapa saat kemudian
datang mobil water canon beserta pasukan anti huru hara beserta beberapa aparat
yang menggunakan mobil kijang dan sedan patroli tiba di tempat kejadian. Aparat
langsung mengeluarkan tembakan ke udara, memukul semua lampu-lampu disko yang
tergantung, dan sebagian dari mereka menembak dan menyemprot dengan air
perangkat sound system yang berada di halaman hingga rubuh, setelah itu aparat
menginjak-injak sound system, bahkan pemilik perangkat yang saat itu menjaga
alat-alatnya juga turut menjadi korban pemukulan aparat.
Hingga saat ini Timor Express belum dapat meminta keterangan dari pemilik
karena ia masih berada dalam keadaan shock dan tertekan mengingat pemukulan
yang dialaminya dan kerugian yang dihadapinya.
Menurut taksiran, pemilik peralatan mengalami kerugian atas kerusakan
peralatan sound systemnya sekitar Rp. 20 Juta lebih dan peralatan sound system
yang rusak telah diamankan oleh para pemuda.
Dua buah kendaraan roda dua jenis Supra Fit yang saat itu diparkir di
dalam halaman juga akhirnya ikut diangkut oleh aparat kepolisian, pemilik
kendaraan tersebut, Ahmad Umar dan Ibragim Lema hingga saat ini tidak mengetahui
dimana motor mereka berada.
Aparat kepolisian yang telah bertindak arogan, ternyata tidak berhenti
sampai di situ. Sesudah melakukan pengrusakan, aparat melanjutkan dengan
melakukan sweeping terhadap para pemuda. Tiap pemuda yang ditemui baik di jalan
maupun di dalam halaman rumah langsung dipukul oleh aparat hingga babak belur.
Tindakan ini membuat sebagian masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi
kejadian ketakutan dan memilih untuk masuk kedalam rumah dan menguncinya
rapat-rapat.
Paul SinlaEloE yang saat itu bersama keluarga sedang menikmati malam
tahun baru dan kebetulan berada di lokasi kejadian juga menyayangkan tindakan
aparat yang dinilai olehnya sangat berlebihan.
Beberapa saat ketika kejadian pengrusakan berakhir, Kapolresta Kupang,
AKBP Heri Sulistianto juga mendatangi lokasi dan berdialog dengan masyarakat.
Ia menanyakan dimana pesta tersebut digelar. Ketika ia mendapatkan jawaban
bahwa pesta tersebut digelar di dalam halaman rumah dinas perhubungan laut dan
rumah tersebut memiliki pagar, Kapolresta terlihat kaget, karena menurutnya,
laporan yang diperolehnya adalah penyerangan terhadap aparat kepolisian.
Mungkin, ia kaget dengan tindakan anak buahnya dan kemudian ia memilih
untuk berbicara dengan beberapa pemuda dan meminta mereka untuk bertemu secara
pribadi dengannya di kantornya esok hari (kemarin, red), namun karena pada hari
yang dimaksud, para pemuda memilih untuk melaporkan kejadian tersebut di Polda,
maka hingga saat ini para pemuda belum bertemu dengan Kapolresta.
Di Polda, para pemuda bertemu di arahkan untuk melaporkan kejadian tersebut
di bagian Serse, karena kasus tersebut masuk dalam tindakan kriminal. Inikah
wajah aparat keamanan kita? tindakan yang mereka lalukan semakin mengecewakan.
Bukankah jika yang terjadi seperti ini, maka kemungkinan besar kecemburuan
sosial bisa saja terjadi.
Berdasarkan surat edaran yang dikeluarkan oleh walikota Kupang melalui
kantor Kesbang & Linmas, memang pada poin nomor tiga, Walikota meminta
aparat kepolisian dan dinas yang terkait untuk mengamankan malam pergantian
tahun berupa penertiban agar tempat hiburan malam tidak beroperasi dan
penertiban pesta-pesta yang digelar oleh masyarakat di pinggir jalan.
Namun, justru menjadi masalah ketika aparat menertibkan pesta yang
digelar di dalam halaman rumah dan berpagar. Apakah ini bentuk dari kesalahan
aparat dalam mengartikan edaran Walikota?(***).