PRIMA: “TERIMA KASIH SUDAH MEMAAFKAN SAYA”
https://www.victorynews.id/prima-terima-kasih-sudah-memaafkan-saya/,
Rabu 7 Juni 2017
Prima Gaida Jurnalita Bahrain, tahanan
Subditcrime Polda NTT atas kasus ujaran kebencian (hate
space) melalui media sosial Facebook menyampaikan rasa terima
kasihnya kepada seluruh umat Kristen di Kota Kupang dan NTT umumnya yang telah
membuka pintu maaf bagi dirinya.
Pernyataan tersebut dikemukakan Prima kepada Ketua
Majelis Sinode GMIT Pdt Dr Mery Kolimon saat pertemuan terbatas di ruang kerja
Pdt Mery, Selasa (6/6).
Turut mendampingi Prima antara lain Muhammad
Ali ayahanda Prima, suami dan putri bungsunya, Direktris PIAR NTT Sarah Lery
Mboeik, Staf PIAR Paul SinlaEloE, dan sejumlah pendeta GMIT.
Di hadapan semua yang hadir, Prima juga
menyampaikan terima kasih atas dukungan berbagai pihak seperti Brigade Meo,
PIAR NTT, Sinode GMIT, MUI NTT, Polda NTT, dan sejumlah pihak yang telah
mendukungnya sehingga ia kini bisa ditangguhkan penahanannya oleh Polda NTT.
Seperti yang dikemukakan Direktris PIAR NTT Sarah Lery
Mboeik kepada VN, kemarin usai pertemuan tersebut, ayahanda Prima juga
menyampaikan permohonan maaf dari keluarga besar Prima atas semua kejadian yang
terjadi selama ini.
Keluarga juga menyampaikan terima kasih yang
tak terhingga kepada semua umat Kristen yang sudah memaafkan putrinya sehingga
Prima bisa berkumpul lagi bersama keluarganya.
Sarah tak lupa menyampaikan terima kasih
kepada semua pihak khususnya Brigade Meo yang sudah memberi arti sesungguhnya
dari memaafkan dan pengampunan.
“Terima kasih kepada Bapak Kapolda NTT Pak
Agung yang telah membuka ruang untuk saling komunikasi. Tak lupa pula terima
kasih kepada Pdt Adi Nggi dari Brigade Meo, Pdt Mery dari Sinode GMIT,
Keuskupan Agung, pimpinan Agama Hindu dan Budha, Ketua MUI NTT Abdulkadir
Makarim yang selalu membangun kesejukan antarumat beragama di NTT.
Ia juga menyampaikan terima kasih juga untuk
semua media ,baik cetak, online, maupun televisi yang telah memberitakan kabar
ini lewat jurnalis damai yang menyejukkan. “Kami dari PIAR NTT hanya ingin
merawat jembatan keberagaman di NTT,” tegasnya.
Untuk diketahui, proses pencambutan laporan
polisi terhadap Prima oleh Brigade Meo lahir setelah pada 31 Mei lalu, PIAR dan
sejumlah pihak meminta izin kepada Kapolda NTT untuk bisa berdialog dengan
Prima di tahanan. Dalam pertemuan itu, Prima membuka hati dan menyampaikan
permintaan maaf yang tulus kepada semua umat Kristen dan ingin bertemu dengan
Brigade Meo.
PIAR kemudian menyampaikan hal itu kepada
pimpinan Brigade Meo Pdt Adi Nggi. Singkat cerita, Pdt Adi juga sudah berniat
bertemu Prima. Dan atas izin Kapolda, ketiga pihak akhirnya bertemu dan
puncaknya pada Senin (5/6) lalu, Brigade Meo menarik laporannya dan membuat
sendiri permintaan penagguhan penahanan terhadap Prima.
Pigura Toleransi
Sementara itu, Ketua Brigade Meo Pendeta Ady Nggi
mengatakan, keputusan memaafkan Prima Guida atas beberapa dasar pertimbangan.
Pertama, kesalahan yang dilakukan Prima Guida
bisa juga dilakukan oleh siapapun. Pasalnya, saat melakukan kesalahan Prima
sedang dalam keadaan tidak terkontrol saat sedang berbicara.
Kedua, dalam pertemuan sebelumnya dengan
Prima, Prima telah mengungkapkan penyesalan atas apa yang telah dilakukanya. Ia
mengakui ungkapannya melalui Facebook berdampak luas.
“Sudah ada ungkapan penyesalan yang dianggap
sepele berdampak luas dan dia menyesal dan minta maaf. Pantas dan harus saya
ampuni karena pengakuan dan penyesalan sudah dilakukan dengan tulus dan dengan
mencabut laporan, ” ungkapnya.
Dasar yang ketiga adalah memberikan pesan
kepada orang di luar NTT bahwa NTT berbeda dengan orang lain. Pengampunan
dilakukan tidak setengah-setengah. Perbedaan itu ada tapi orang NTT menghargai
perbedaan dan wilayah lain dapat belajar di NTT.
Ia berharap, kasus seperti yang terjadi ini
tidak terulang kembali sehingga Indonesia rukun dan damai. Slogan rukun dan
damai tidak hanya sebatas slogan tapi bisa dibuktikan dan dilakukan.
Wakil Sekretaris MUI NTT mewakili Ketua MUI
dan pengurus MUI NTT, Boli Tonda Baso mengatakan pemberian maaf ini menjadi
sebuah pigura yang menjadi contoh bersama bahwa media sosial berdampak negatif
dan positif tergantung bagaimana kita menggunakannya.
“Kejadian ini menjadi pelajaran buat kita
semua menggunakan medsos. Selain itu, momentum itu adalah sebuah buktii bahwa
damai itu ada dan damai itu adalah milik kita semua. Jika kita semua telah
duduk bersama itulah damai kita semua,” ujarnya.
Ayahanda Prima Muhammad Ali menyampaikan
penghargaan dan terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam
proses penangguhan penahanan terhadap anaknya. Ia akan mengawal Prima dan
keluarganya agar kasus seperti ini tidak terulang kembali.
“Dari keluarga menyampaikan maaf sebesar-besarnya
kepada seluruh masyarakat NTT atas apa yang dilakukan anak saya,” pungkasnya.