PIALA GUBERNUR NTT CUP BANJIR KRITIK
https://www.victorynews.id/piala-gubernur-ntt-cup-banjir-kritik/,
Kamis, 12 Juli 2018
Pelaksanaan
turnamen sepakbola Liga 3 Gubernur NTT Cup 2018 yang terkesan dikebut di akhir
masa jabatan Gubernur Frans Lebu Raya mendapat kritikan dari berbagai pihak.
Kompetisi ini dinilai tanpa persiapan matang dan terkesan sekadar menghabiskan
anggaran sehingga tujuan utama untuk mencari bibit pemain sepakbola handal
terabaikan.
Petrus
Abanat, mantan Kapten Tim PSKK menilai Asosiasi Sepak Bola Provinsi (Asprov)
tidak serius menggelar turnamen bergensi tingkat provinsi ini. Salah satu
indikasi ketidakseriusan itu adalah penyiapan lapangan pertandingan.
“Kompetisi
ini adalah gengsi gubernur, level provinsi dan bukan level kampung. Semuanya
dipersiapkan dengan baik, yang representatif untuk turnamen seperti ini,”
ucapnya kepada VN, Rabu (11/7) malam.
Dia
menilai para pengurus Asprov NTT yang menggelar turnamen ini terlalu memaksakan
diri. “Apa yang mau dicapai dalam kompetisi di lapangan yang seperti itu?
Tim-tim yang datang dari daerah itu datang dengan dana besar, tetapi kondisinya
seperti ini,” ujarnya.
Ia
menyayangkan tim-tim yang ikut serta dalam turnamen ini mau saja bermain di
lapangan yang kurang representaif. Padahal kualitas turnamen sepakbola
ditentukan kesiapan antara lain lapangan pertandingan yang baik. Sebab,
kualitas pertandingan sangat ditentukan oleh kondisi lapangan.
Habiskan Anggaran
Penilaian
senada disampaikan aktivis PIAR NTT, Paul SinlaEloE, kemarin. Menurut dia,
program kegiatan, bahkan proyek-proyek di akhir masa jabatan kepala daerah
cenderung tidak menyentuh langsung kebutuhan masyarakat, dan terkesan sekadar
menghabiskan anggaran.
“Biasanya
itu menghabiskan anggaran pada aktivitas atau kegiatan yang tidak bersentuhan
langsung dengan kebutuhan masyarakat. Sebab, pemerintah di akhir masa jabatan
tidak lagi terlalu peduli dengan persoalan masyarakat,” tegas Paul.
Fenomena
menghabiskan anggaran di penghujung masa tugas, kata dia, tak hanya terjadi di
NTT, tapi pada hampir seluruh daerah di Indonesia. Karena itu, kepekaan DPRD
Provinsi NTT untuk melihat fenomena ini sangat dibutuhkan.
“Banyak
anggaran di akhir masa jabatan yang dipakai untuk kepentingan yang tidak
bersentuhan langsung dengan masyarakat. Untuk itu kawan-kawan DPRD supaya lebih
fokus melihat fenomena ini. Kegiatan atau program di akhir masa jabatan mungkin
saja penting dan berguna tetapi pelaksanaannya cenderung asal-asalan sehingga
dana habis tanpa bekas,” katanya.
Dia
menilai, DPRD NTT terkesan sudah tidak peduli lagi dengan berbagai persoalan
yang menyentuh langsung masyarakat NTT. Persoalan pendidikan, dan kesehatan
terabaikan.
“Itukan
persoalan-persoalan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. Sonde ada
sekolah, tapi bangun pagar kantor gubernur. Sementara begitu banyak anak
sekolah yang tidak tertampung di sekolah negeri,” kata Paul.
Kritikan
terhadap pelaksanaan Liga 3 Gubernur Cup 2018 juga disampaikan pengamat
kebijakan publik dari Undana, Lasarus Jehamat. Menurut dia, turnamen ini
dikebut ada nuansa politik dimana Gubernur ingin menarik simpati masyarakat.
“Bagi
saya Gubernur sedang menarik simpati masyarakat di akhir masa jabatannya karena
mau ikut caleg pusat (DPR RI). Maka kegiatan seperti ini kental bernuansa
politik,” ujarnya.
Pererat Persaudaraan
Sementara
itu, Ketua Harian Asprov PSSI NTT Stef Bria Seran yang dikonfirmasi media ini
usai pertandingan Persemal (Malaka) vs Perseftim (Flores Timur), kemarin,
menegaskan yang utama dalam turnamen ini adalah mempertemukan anak-anak NTT
sebagai saudara.
“Jadi
hasil itu nomor 2, sedangakan yang nomor 1 adalah mempertemukan anak-anak NTT
bahwa mereka bersaudara,” kata Stef yang juga adalah Bupati Malaka itu.
Dia
mengatakan pertandingan sepakbola seperti Piala Gubernur (Liga 3) ini menjadi
media untuk menghibur rakyat.
Soal
lapangan pertandingan dia mengatakan bahwa lapangan yang dimiliki oleh TNI AU
adalah yang terbaik saat ini sehingga diselenggarakan di tempat tersebut.
“Kalau
kita harus menunggu sampai lapangan memadai baru adakan sebuah turnamen itu
tidak akan pernah terlaksana. Karena itu, kita semua harus memahami bahwa
kompetisi sepakbola Liga 3 Gubernur Cup 2018 adalah pembinaan serta untuk
memberi hiburan pada masyarakat dan mempererat persaudaraan di antara para
pemain,” katanya.
Sementara
pelatih Persemal Malaka Folgentius Bere Fahik mengatakan, ia mempersiapkan para
pemainya untuk menghadapi kompetisi tersebut selama satu bulan. Ia menolak
berkomentar doal kondisi lapangan. Alasannya, sebagai pelatih ia berkonsentrasi
melatih para pemain.
“Supaya dalam kondisi
lapangan seperti apa pun mereka siap bermain. Jadi untuk lapangan, saya tidak
dalam kapasitas untuk menilai,” ujarnya. Meski demikian, dia mengatakan bahwa
Malaka memiliki lapangan yang jauh lebih baik. (pol/mg-19/C-1)