Selasa, 11 Februari 2020

Jadi Buruh Sarang Walet, Erin Dicaci Bahkan Ditelanjangi

JADI BURUH SARANG WALET, ERIN DICACI BAHKAN DITELANJANGI


KUPANG, KOMPAS.com - Erin Ndun, pekerja asal Lasiana, Kota Kupang, tak berkuasa memegang kendali kompilasi terkompensasi dengan teman-teman saat bekerja di Medan, Sumatera Utara.

"Saya dicaci dan dimaki. Badan saya penuh dengan ludah yang disediakan saat saya kesal dengan saya. Saya sering ditelanjangi dan disekap tanpa dikasih makan," ungkap Erin yang bersama 15 rekannya yang menjadi korban karena dipaksa bekerja.


Erin mengungkapkan hal itu kompilasi bersama rekan-rekannya dan beberapa pendamping mendatangi Kantor Jaringan Indonesia Perempuan (Jepit) Kupang, Rabu (12/3/2014) kemarin.

Erin bekerja di Medan sebagai pemburu sarang burung walet. Ia memuji terus dipukuli saat salah menjalankan sesuatu yang diinginkan mempekerjakan.

"Aku harus lari dari semua ini. Sebelum aku jadi mayat seperti teman yang lain, aku diancam kompilasi bersuara. Kami hanya berada di tempat yang tidak boleh untuk keluar," ujar Erin.

Ia mengakui sudah tidak kuat dan tahan lagi dengan persetujuan majikannya. Ia pun melompat dari gedung tempat ia berhasil dan berhasil melepaskan diri. Dia tiba di Kupang dengan modal uang Rp50 ribu.

"Tolong selamatkan mereka yang lain. Masih ada 16 TKI yang pantas bagiku. Kalau tidak cepat mereka akan susah," ujar Erin. Paul Sinlaeloe dari PIAR NTT berharap, semua hak para pekerja ini diperjuangkan bersama.

"Jangan abaikan hak-hak hukum dari korban. Mereka itu bukan manusia dan semua warga negara Indonesia memiliki hak yang sama di muka hukum tanpa perbedaan atas status apa pun," kata Paul.

Paul menjelaskan, kedatangan Aliansi Melawan Perdagangan Orangtua keluarga korban ke Jepit ini dengan tujuan ingin meminta informasi tentang para pekerja yang dipekerjakan di Medan.

"Menyenangkan melalui pertemuan ini, kita bisa berkoordinasi bersama melakukan pertanggungjawaban atas tuntutannya selama ini, pemerintah tidak serius. Seperti tidak mampu menyelesaikan tantangan yang sedang menimpa saudara kita di Medan ini," ujar Paul lagi.

Menurutnya, perlindungan terhadap buruh di tempat kerja itu harus dilakukan bukan oleh penduduk asli tempat itu. Sebagai pekerja, kata Paul, mereka harus dilindungi. Ia menambah, menambah dari 16 korban penyekapan dan penganiayaan buruh di Medan yang berasal dari Malaka, Kabupaten Kupang, serta TTS dan TTU sudah tiba di Kupang sejak tanggal 3 Maret 2014.

Sudah Ada yang Lapor, Kita Akan Gugat PLN

SUDAH ADA YANG LAPOR, KITA AKAN GUGAT PLN


POS KUPANG.COM, KUPANG -- Kepala Divisi Anti Korupsi Perkumpulan, Pengembangan Inisiatif dan Advokasi Rakyat (PIAR) NTT, Paul SinlaEloE mengatakan, kehadiran listrik pintar di wilayah NTT bukan mensejahterahkan masyarakat melainkan sebaliknya pembodohan terhadap masyarakat.

Paul mengatakan hal ini ketika ditemui pos-kupang.com di kantornya, Jumat (18/9/2015).

Menurut Paul, ada masyarakat yang telah mendatangani PIAR NTT dan mengadu soal masalah listrik pintar.

"Laporan warga itu yang sudah resmi ada dua orang warga. Mereka lapor dan bersama kita akan lakukan gugatan ke PLN secara class action

PLN, ada warga mengadu ke piar untuk lakukan gugatan class action atau gugatan berkelompok secara representatif," kata Paul.*

TRANSLATE
English French German Spain Italian DutchRussian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
OMong POLitik:
Pertemuan antara para saudagar dengan para pekerja politik, biasanya diakhiri dengan persekongkolan untuk melawan kepentingan publik dan atau permufakatan jahat untuk mengangkangi hak politik rakyat, demi lestarinya dinasti politik...

POPULER MINGGU INI:

AKTIVITAS
 BUKU: PENANGANAN KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG
BUKU: TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG
BUKU: MEMAHAMI SURAT DAKWAAN