Kamis, 06 Februari 2020

TKI NTT di Medan Sering Dicaci dan Ditelanjangi

TKI NTT DI MEDAN SERING DICACI DAN DITELANJANGI


POS-KUPANG.COM, KUPANG -- Erin Ndun, TKI asal Lasiana, Kota Kupang yang bekerja di Medan, Sumatera Utara (Sumut), tak kuasa menahan air matanya, ketika mengisahkan penderitaan bersama teman-temannya saat bekerja di Medan.

''Saya dicaci dan maki. Badan saya penuh dengan ludah majikan saat ia kesal dengan saya. Saya sering ditelanjangi dan disekap tanpa dikasih makan,'' ungkap Erin yang bersama 15 rekannya menjadi korban kekerasan majikannya di Medan.

Erin mengungkapkan hal itu ketika bersama rekan-rekannya dan beberapa pendamping mendatangi Kantor Jaringan Perempuan Indonesia Timur (Jpit) Kupang, Rabu (12/3/2014).


Erin mengaku bekerja di Medan sebagai pemburu sarang burung walet. Ia mengaku terus dipukuli saat salah menjalankan sesuatu yang diinginkan majikan.

''Saya harus lari dari semua ini. Sebelum saya jadi mayat seperti teman yang lain, saya diancam ketika bersuara. Kami hanya berada ditempat tersebut karena tidak diperbolekan untuk keluar,'' ujar Erin.

Ia mengaku sudah tidak tidak kuat dan tahan lagi dengan perlakuan majikannya. Ia pun melompat dari gedung tempat ia bekerja dan berhasil melarikan diri. Ia mengaku tiba di Kupang dengan moedal uang Rp 50 ribu.

''Tolong selamatkan mereka yang lain. Masih ada 16 TKI yang diperlakukan seperti saya. Kalau tidak cepat mereka akan susah,'' ujar Erin.

Paul SinlaloE dari PIAR NTT, berharap, semua hak para TKI ini diperjuangkan bersama. ''Jangan abaikan hak-hak hukum dari korban. Mereka itu manusia bukan binatang dan semua warga negara Indonesia mempunyai hak yang sama di muka hukum tanpa perbedaan atas status apapun,'' kata Paul.

Paul menjelaskan, kedatangan Aliansi Melawan Perdagangan Orang, berserta keluarga korban ke Jepit tersebut dengan tujuan ingin menanyakan informasi tentang keberadaan para TKI yang dipekerjakan di Medan.

''Kami yang tergabung dalam aliansi, yakni Jpit, PIAR NTT, IRGSC, Rumah Perempuan dan aktifis lainnya bersama-sama dengan semua keluarga korban bertemu dengan Komnas Perempuan dan Lembaga Pemberdayaan Saksi Korban (LPSK), ingin mempertanyakan kesuksesan para pengambil kebijakan dalam  menangani permasalahan yang menimpa TKI ini.

“Setidaknya melalui pertemuan ini kita dapat berkodinasi bersama melakukan penanganan karena faktanya selama ini pemerintah dinilai tidak cukup serius. Seperti tidak mampu menyelesaikan permasalahan yang sedang menimpa saudara kita di Medan ini,'' ujar Paul.

Menurutnya, perlindungan terhadap TKI ditempat kerja itu harus dilakukan meskipun ia bukan warga asli tempat tersebut. Sebagai pekerja, kata Paul, mereka seharusnya dilindungi dalam permasalahan apapun tanpa kecuali.

Ia menambahkan, orangtua dari 16 korban penyekapan dan penganiyayaan TKI di Medan yang berasal dari Malaka, Kabupaten Kupang dan TTS dan TTU sudah tiba di Kupang sejak tanggal 3 Maret 2014.

''Mereka datang dengan maksud meminta pendimpingan agar kasus ini diperoses secara hukum. Mereka mengharapkan kejelasan kepulangan anak-anaknya. Mereka juga kecewa karena keberangkatkan anak mereka untuk bekerja di Medan tanpa izin. Tidak ada informasi jelas tentang keberadaan anak mereka di tempat kerja,'' ungkap Paul. (jj)
TRANSLATE
English French German Spain Italian DutchRussian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
OMong POLitik:
Pertemuan antara para saudagar dengan para pekerja politik, biasanya diakhiri dengan persekongkolan untuk melawan kepentingan publik dan atau permufakatan jahat untuk mengangkangi hak politik rakyat, demi lestarinya dinasti politik...

POPULER MINGGU INI:

AKTIVITAS
 BUKU: PENANGANAN KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG
BUKU: TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG
BUKU: MEMAHAMI SURAT DAKWAAN